Dalam upaya menjadikan lokasi bersejarah sebagai ‘living library’,
Program Studi Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya melakukan
observasi lapangan melalui kunjungan langsung ke makam Peneleh Surabaya.
Kegiatan ini, yang melibatkan seluruh mahasiswa semester dua Prodi Arsitektur
Untag Surabaya, yang merupakan hasil kolaborasi antara Untag Surabaya,
Begandring Soerabaia, dan Time Amsterdam, (28/4).
Dosen Prodi Arsitektur yang sekaligus menjadi Ketua Pusat Studi Ketahanan
Iklim dan Kota Untag Surabaya – Dr. Ir. R.A. Retno Hastijanti, M.T. menjelaskan
bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menerapkan pendekatan pembelajaran
di luar ruangan dalam mata kuliah metode penelitian arsitektur. “Melalui
kunjungan ini, mahasiswa dapat mengalami secara langsung situasi lapangan dan
mengidentifikasi permasalahan yang ada,” ujarnya.
Selain itu, Dr. Hasti, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa tujuan lain
adanya kegiatan ini adalah untuk menjalin hubungan dan mengkaitkan program
Matching Fund dari Untag Surabaya dan komunitas dari Belanda. “Kami juga
berupaya mengintegrasikan kegiatan ini dengan program Matching Fund Belanda yang
telah diterima oleh Untag Surabaya, Begandring Soerabaia, dan Time Amsterdam
untuk proyek pengembangan makam Peneleh sebagai living library,” tambah Dr.
Hasti juga selaku Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kota Surabaya.
Dengan adanya kegiatan ini, Dr. Hasti berharap bahwa mahasiswa tidak
hanya memperoleh pengetahuan dari literatur di perpustakaan atau dalam bentuk
teoritis semata, tetapi juga melalui pengamatan lapangan dan identifikasi
langsung terhadap objek yang diamati. "Saya berharap ke depannya, konsep
living library ini dapat menjadi gaya hidup bagi mahasiswa kita. Mereka tidak
hanya mengakses pengetahuan melalui perpustakaan di kampus dengan koleksi
bukunya, tetapi juga secara langsung melalui eksplorasi objek-objek di
lapangan," ungkapnya dengan harapan.
Dr. Hasti juga berharap bahwa kegiatan tersebut dapat menjadi penghubung
antara Indonesia dan Belanda untuk memperlihatkan warisan yang akan
menguntungkan kedua belah pihak. “Semoga kegiatan ini dapat menjadi salah satu
penghubung Got to Go (G2G) antara Indonesia dan Belanda bahwa kita memiliki
warisan-warisan yang juga saling menguntungkan bagi kedua belah pihak,” imbuhnya.
Salah satu Mahasiswa Prodi Arsitektur Untag Surabaya – Yoan Indah
Situngkir mengaku sangat senang karena dapat pengalama baru belajar dengan mengunjungi
makam bersejarah secara langsung dan belajar arsitektur Eropa kuno yang ada di
lokasi tersebut. “Kegiatan ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya,
mendapatkan kesempatan belajar arsitektur kuno dan arsitektur makam Eropa hingga
melihat perkembangan bahan untuk makam,” ucapnya. (vs/rz)