Sebagai upaya serta
bentuk kepedulian terhadap isu sosial masyarakat, Fakultas Ilmu Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menyelenggarakan Diskusi Film Budi
Pekerti. Film ini belakangan ini menjadi perbincangan hangat di internet karena
mengangkat tema cyberbullying dan isu kesehatan mental. Kegiatan ini
disambut dengan antusias oleh mahasiswa, dihadiri oleh lebih dari 200 mahasiswa
dari berbagai fakultas, dan berlangsung di Auditorium Gedung R. Ing Soekonjono lantai enam Untag Surabaya pada hari Selasa, (19/12).
Acara tersebut
dimeriahkan oleh kehadiran Sha Ine Febriyanti, sutradara dan pemain Film Budi
Pekerti, sebagai narasumber. Ine, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa Film Budi
Pekerti merefleksikan realitas yang saat ini marak terjadi di masyarakat,
khususnya di kalangan pengguna media sosial yang terkait dengan cyberbullying.
"Saya memerankan karakter Bu Prani, salah satu tokoh dalam film Budi
Pekerti, yang merupakan seorang guru yang menghadapi ancaman kehilangan
karirnya karena dampak dari video viral yang memperlihatkannya tengah memarahi
penyerobot antrian di internet. Film ini menggambarkan bagaimana sepotong video
dapat disalahpahami oleh publik dan mengancam karir seseorang. Dari situ, kita
dapat menyimpulkan bahwa ini adalah potret nyata," ujarnya.
Ine menambahkan
bahwa Film Budi Pekerti merupakan upaya untuk mengedukasi masyarakat dalam
membangun kesadaran publik terhadap media sosial. "Dalam Budi Pekerti,
segala hal dapat terlihat dengan jelas rasio antara film ini dan realitas adalah 1:1.
Artinya, kita sangat dekat dan rentan menjadi korban cyberbullying. Saya
menyadari hal tersebut dan tentu sangat bangga menjadi bagian dari film Budi
Pekerti sebagai bentuk pendobrakan terhadap cyberbullying," tukasnya.
Turut hadir Drs.
Herlan Pratikto, M.Si., seorang psikolog dan dosen di Fakultas Psikologi Untag
Surabaya, sebagai narasumber yang akan berbagi pandangan sebagai seorang ahli
terkait Film Budi Pekerti. Herlan menyatakan, "Muatan edukasi dalam Film
Budi Pekerti sangat besar. Untag Surabaya melalui Fakultas Psikologi berusaha
memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa film ini merupakan media
komunikasi yang menggambarkan secara menarik realitas cyberbullying dan
isu sosial yang marak di masyarakat. Penonton secara tidak langsung akan
menerima pemahaman dari cerita yang disajikan," paparnya.
Lebih lanjut,
Herlan berharap melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat menjadi lebih selektif
dan bijak dalam menggunakan media sosial guna mengurangi fenomena cyberbullying.
"Cerita dalam film ini mengajak masyarakat untuk merefleksikan dan
mendiskusikan kembali tentang merundung seseorang di media sosial karena
dampaknya sangat masif, tidak hanya pada aspek sosial, tetapi juga dapat
merambat ke ekonomi dan kesehatan korban, terutama kesehatan mental,"
tambahnya. (ma/rz)