Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menjalin kerja sama dengan SMP Negeri 15 Surabaya dalam rangka mendukung penguatan sekolah inklusif dan ramah anak. Penandatanganan kerja sama di Ruang Rapat Pembina Gedung R. Ing Soekonjono lantai dua, Untag Surabaya, (9/5/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh jajaran pimpinan Fakultas Psikologi serta para guru SMPN 15 Surabaya, termasuk para guru Bimbingan Konseling (BK). Kolaborasi ini bertujuan memperkuat kapasitas pendidik dalam menerapkan pendekatan psikologis dalam pembelajaran yang inklusif dan empatik.
Dekan Fakultas Psikologi Untag Surabaya – Dr. Rr. Amanda Pascarini, M.Si., Psikolog, menyambut baik kerja sama tersebut sebagai bagian dari upaya membentuk generasi unggul dan berkarakter. “Kami menyambut baik kerja sama ini sebagai bagian dari visi kami untuk mencetak generasi unggul dan membentuk karakter bangsa. Mahasiswa kami banyak melakukan praktik lapangan di sekolah-sekolah, dan kami percaya kerja sama dengan SMPN 15 Surabaya akan memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak, terutama dalam mendukung sekolah sebagai tempat belajar yang ramah dan inklusif,” terangnya.
Wakil Kepala Humas SMPN 15 Surabaya – M. Ali Imron, S.Pd., menyampaikan apresiasi atas kerja sama ini. Menurutnya, SMPN 15 Surabaya berkomitmen menjadi sekolah ramah anak dan telah menjadikan pohon sukun sebagai simbol pertumbuhan dan keberlanjutan. “Kami memiliki ikon pohon sukun yang terus berbuah, mencerminkan pertumbuhan dan keberlanjutan. Dengan adanya kerja sama ini, kami berharap dapat memberikan pelatihan kepada guru BK serta mendukung pelaksanaan sekolah inklusif yang akan datang di Surabaya,” paparnya.
Usai penandatanganan, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif antara Guru SMPN 15 dan Dosen Fakultas Psikologi. Dalam forum ini, para guru membagikan pengalaman serta tantangan dalam membangun lingkungan belajar yang inklusif.
Di sela interaktif, Guru BK SMPN 15 – Dandy Noor Adnan, S.Pd., menjelaskan bahwa seluruh SMP negeri di Surabaya kini diwajibkan menjadi sekolah inklusif, namun keterbatasan sumber daya menjadi hambatan utama. “Kami kekurangan pendamping untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Karena itu, pelatihan peningkatan kapasitas guru BK sangat dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan yang optimal,” tukasnya.
Senada dengan hal tersebut, Guru SMPN 15 – Mohammad Idris Sardi, S.S., menambahkan bahwa proses menuju sekolah ramah anak tingkat nasional masih menghadapi berbagai tantangan. “Kami masih dalam proses menjadi sekolah ramah anak tingkat nasional. Namun pelaksanaannya cukup kompleks, karena tidak semua nilai ramah anak terakomodasi dalam sistem. Oleh karena itu, kami perlu banyak belajar,” jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Dekan Fakultas Psikologi Untag Surabaya – Dr. Suhadianto, S.Psi., M.Psi., menegaskan kesiapan fakultas dalam memberikan dukungan nyata melalui pelatihan dan pendampingan berbasis keilmuan psikologi.“Sekolah dapat bersurat secara resmi kepada kami untuk menyampaikan kebutuhan, baik dalam bentuk pelatihan guru, pendampingan siswa, maupun program penguatan kapasitas lainnya,” ujarnya.
Dr. Suhadianto menegaskan bahwa pendidikan inklusif membutuhkan pendekatan yang tidak seragam, mengingat keragaman kondisi psikologis anak berkebutuhan khusus. “Setiap program pelatihan dan pendampingan harus dirancang secara bertahap dan terstruktur agar dapat memberikan dampak nyata,” ujar Dr. Suhadianto.
Penandatanganan kerja sama ini menjadi langkah awal yang strategis dalam membangun sinergi antara dunia pendidikan tinggi dan sekolah menengah untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan berorientasi pada penguatan karakter siswa. (hn/rz)